Skip to main content

Sajak Terakhir W.S. Rendra

Dalam mencari berita di internet, aku terjumpa sebuah laman blog yang memaparkan sajak terakhir W.S Rendra:


WS Rendra -- last poem

God, I Love You': WS Rendra's Last Poem

Six days before he died, WS Rendra wrote a poem from his hospital bed. In the untitled poem, Rendra expressed his love to God.

The handwritten poem was shown at his house in Depok on Friday.

I am weak
But not helpless
I am not complaining about the pain
or the itch

I want to drink tajin [rice water residue]
I never have difficulty breathing
but my physique is not satisfactory
to have a normal and ideal position

I want to cleanse my body
from chemical poison

I want to return to nature's way
I want to improve my dedication
to Allah

God, I love you

Rendra
31 July 2009
Mitra Keluarga Hospital

Popular posts from this blog

Pertama Kali, Sekian Lama

Pertama kali ke daerah ini walaupun sudah sekian lama mengetahui kewujudannya. Hanya pernah ke Belaga suatu ketika dulu melalui jalan darat. Perasaan tenang melihat aliran sungai, membawa ingatan kembali ke masa lampau. Masa terlalu cepat berlalu. Perasaan rindu mudah berputik di saat-saat begini. Semoga kehadiran di sini antara kenangan terindah.

KEINGINAN adalah sumber penderitaan

Sesuatu keputusan kadangkalanya agak berat untuk diterima dan ianya bisa melukakan perasaan seseorang. Walau apa pun, ianya bukan alasan untuk kita terus menyimpan perasaan dendam. > eD Senggora Hayati lirik dan lagu ini: SEPERTI MATAHARI (Iwan Fals) Keinginan adalah sumber penderitaan Tempatnya di dalam pikiran Tujuan bukan utama Yang utama adalah prosesnya Kita hidup mencari bahagia Harta dunia kendaraannya Bahan bakarnya budi pekerti Itulah nasehat para nabi Ingin bahagia derita didapat Karena ingin sumber derita Harta dunia jadi penggoda Membuat miskin jiwa kita Ada benarnya nasehat orang-orang suci Memberi itu terangkan hati Seperti matahari Yang menyinari bumi Yang menyinari bumi Dengarkan: SEPERTI MATAHARI

SIFAR mempersembahkan TUKANG ENSERA

SINOPSIS O……Ha……. Tabik bala kaban akik dan inik,.. Antara realiti dan illusi. “Tukang Ensera” membawa makna ‘Tukang Cerita’. Bercerita tentang dewa-dewa, tentang kebaikan jua kemungkaran, perasaan dendam dan tentang harapan merupakan warisan tradisi kaum Iban. Akik (datuk), seorang tua yang masih mempertahankan tradisi bercerita tentang alam buana dan harapan pendengarnya pada cucunya Sunti. Akik dalam penghujung perjalanan hidupnya amat berharap agar cucunya Sunti dapat mewarisi tradisi dan meneruskan kemahiran bercerita darinya. “Bercerita mestilah sungguh-sungguh….” Itulah kata Akik pada Sunti. Bagaimanakah sungguh-sungguh yang dimaksudkan oleh Akik? Mungkinkah Sunti, generasi muda akan menyambung warisan tradisi bercerita atau cerita Akik sudah kehilangan pendengarnya? Saksikanlah penceritaan Akik dalam ”Tukang Ensera”...... O……Ha…… Aku ceritakan satu kisah pendek…. Kisah Remong dan Mengga, Putera Iban ternama, Diturunkan kebumi oleh Ratu Senayan, O……Ha…..