Skip to main content

Selesai...Yang Pasti, Tak Puas.

Malam ini telah berlangsungnya pementasan ke-2 untuk Teater Rosli Dhoby: Luka Darul Hana. Sememangnya aku rasakan pementasan kali ini agak menurun daripada aspek keseluruhannya. Namun dari sudut individu, beberapa pelakon merasakan sebaliknya. Entah ada sesuatu yang memangkinkan fikiran setelah selesai pementasan. Mungkin, ada sesuatu yang belum dapat aku selesaikan.

Yang pasti, kepuasan dalam mengerjakan karya teater belum pernah aku temui, membuatkan aku ingin terus menghasilkan sesuatu yang lebih baik di masa depan. Kekuatan sesuatu karya datangnya dari kesatuan nurani produksi. Persamaan hari ini adalah cambahan dari pengalaman masa lalu dengan luahan nafas baru. Merujuk kepada aspek pembikinan set yang aku kendali, biarpun dikatakan sama namun hakikatnya tak serupa setelah menilai kewajaran kehendak pengarah, masa dan peruntukan. Tindakan ini adalah wajar bagiku daripada membiarkan pentas itu tanpa latar set atas alasan kekurangan pelakon, keterbatasan masa serta ketiadaan peruntukan seperti yang sering dibangkitkan oleh golongan tertentu. Mengalirlah dari mata hati yang jernih.

Popular posts from this blog

Pertama Kali, Sekian Lama

Pertama kali ke daerah ini walaupun sudah sekian lama mengetahui kewujudannya. Hanya pernah ke Belaga suatu ketika dulu melalui jalan darat. Perasaan tenang melihat aliran sungai, membawa ingatan kembali ke masa lampau. Masa terlalu cepat berlalu. Perasaan rindu mudah berputik di saat-saat begini. Semoga kehadiran di sini antara kenangan terindah.

KEINGINAN adalah sumber penderitaan

Sesuatu keputusan kadangkalanya agak berat untuk diterima dan ianya bisa melukakan perasaan seseorang. Walau apa pun, ianya bukan alasan untuk kita terus menyimpan perasaan dendam. > eD Senggora Hayati lirik dan lagu ini: SEPERTI MATAHARI (Iwan Fals) Keinginan adalah sumber penderitaan Tempatnya di dalam pikiran Tujuan bukan utama Yang utama adalah prosesnya Kita hidup mencari bahagia Harta dunia kendaraannya Bahan bakarnya budi pekerti Itulah nasehat para nabi Ingin bahagia derita didapat Karena ingin sumber derita Harta dunia jadi penggoda Membuat miskin jiwa kita Ada benarnya nasehat orang-orang suci Memberi itu terangkan hati Seperti matahari Yang menyinari bumi Yang menyinari bumi Dengarkan: SEPERTI MATAHARI

SIFAR mempersembahkan TUKANG ENSERA

SINOPSIS O……Ha……. Tabik bala kaban akik dan inik,.. Antara realiti dan illusi. “Tukang Ensera” membawa makna ‘Tukang Cerita’. Bercerita tentang dewa-dewa, tentang kebaikan jua kemungkaran, perasaan dendam dan tentang harapan merupakan warisan tradisi kaum Iban. Akik (datuk), seorang tua yang masih mempertahankan tradisi bercerita tentang alam buana dan harapan pendengarnya pada cucunya Sunti. Akik dalam penghujung perjalanan hidupnya amat berharap agar cucunya Sunti dapat mewarisi tradisi dan meneruskan kemahiran bercerita darinya. “Bercerita mestilah sungguh-sungguh….” Itulah kata Akik pada Sunti. Bagaimanakah sungguh-sungguh yang dimaksudkan oleh Akik? Mungkinkah Sunti, generasi muda akan menyambung warisan tradisi bercerita atau cerita Akik sudah kehilangan pendengarnya? Saksikanlah penceritaan Akik dalam ”Tukang Ensera”...... O……Ha…… Aku ceritakan satu kisah pendek…. Kisah Remong dan Mengga, Putera Iban ternama, Diturunkan kebumi oleh Ratu Senayan, O……Ha…..