Skip to main content

Tunggu saja di lubang kubur


Kutuk, kutuk, kutuk, tanpa disedari diri yang terkutuk. Terkutuk oleh keegoan atas nama golongan yang terbaik. Tidak akan senang melihat kesenangan orang lain. Mereka mahu lebih dari yang biasa-biasa sehinggakan terlebih mereka-reka demi meraih simpati. Orang yang sudah buta hati dan keras membatu begitulah keadaannya. Senantiasa perasan dirinya itu 'special' padahal 'spaysial'. Ego itu tanpa disedari sudah tidak terkawal. Lagaknya Zionist mengutukkan zionisme padahal diri itu sudah seperti sebahagian daripadanya. Petah bermain kata-kata, al maklum perasan seorang juara. Nawaitu hanya ingin menjahanamkan orang lain atas alasan mereka tertindas dan tidak diberi keadilan yang sewajarnya. 'Semu' di muka sememangnya tidak dapat disembunyikan lagi. Terserlah dendam yang terbuku di dada. Sering menafikan atas nama CINTA KASIH. Padahal, ALLAH saja yang tahu. Aku teruskan perjalanan, mengamati sesuatu yang lebih bermakna. Mencari bekal sebelum kembali. Biarkan saja mereka itu yang hidupnya hanya bermakna dengan konfrantasi terhadap orang lain. Tunggu saja di lubang kubur. Di situ nanti bermulanya segala yang benar, sebenar-benarnya. > eD Senggora

Al-Fatihah buat warga muslim yang terkorban di bumi Gaza.

Popular posts from this blog

Pertama Kali, Sekian Lama

Pertama kali ke daerah ini walaupun sudah sekian lama mengetahui kewujudannya. Hanya pernah ke Belaga suatu ketika dulu melalui jalan darat. Perasaan tenang melihat aliran sungai, membawa ingatan kembali ke masa lampau. Masa terlalu cepat berlalu. Perasaan rindu mudah berputik di saat-saat begini. Semoga kehadiran di sini antara kenangan terindah.

KEINGINAN adalah sumber penderitaan

Sesuatu keputusan kadangkalanya agak berat untuk diterima dan ianya bisa melukakan perasaan seseorang. Walau apa pun, ianya bukan alasan untuk kita terus menyimpan perasaan dendam. > eD Senggora Hayati lirik dan lagu ini: SEPERTI MATAHARI (Iwan Fals) Keinginan adalah sumber penderitaan Tempatnya di dalam pikiran Tujuan bukan utama Yang utama adalah prosesnya Kita hidup mencari bahagia Harta dunia kendaraannya Bahan bakarnya budi pekerti Itulah nasehat para nabi Ingin bahagia derita didapat Karena ingin sumber derita Harta dunia jadi penggoda Membuat miskin jiwa kita Ada benarnya nasehat orang-orang suci Memberi itu terangkan hati Seperti matahari Yang menyinari bumi Yang menyinari bumi Dengarkan: SEPERTI MATAHARI

SIFAR mempersembahkan TUKANG ENSERA

SINOPSIS O……Ha……. Tabik bala kaban akik dan inik,.. Antara realiti dan illusi. “Tukang Ensera” membawa makna ‘Tukang Cerita’. Bercerita tentang dewa-dewa, tentang kebaikan jua kemungkaran, perasaan dendam dan tentang harapan merupakan warisan tradisi kaum Iban. Akik (datuk), seorang tua yang masih mempertahankan tradisi bercerita tentang alam buana dan harapan pendengarnya pada cucunya Sunti. Akik dalam penghujung perjalanan hidupnya amat berharap agar cucunya Sunti dapat mewarisi tradisi dan meneruskan kemahiran bercerita darinya. “Bercerita mestilah sungguh-sungguh….” Itulah kata Akik pada Sunti. Bagaimanakah sungguh-sungguh yang dimaksudkan oleh Akik? Mungkinkah Sunti, generasi muda akan menyambung warisan tradisi bercerita atau cerita Akik sudah kehilangan pendengarnya? Saksikanlah penceritaan Akik dalam ”Tukang Ensera”...... O……Ha…… Aku ceritakan satu kisah pendek…. Kisah Remong dan Mengga, Putera Iban ternama, Diturunkan kebumi oleh Ratu Senayan, O……Ha…..