
Di suatu sudut kota, kedengaran ada individu yang meraung di dalam keadaan ketidakpuasan hati berkata: " Bangsa itu pendengki, bangsa itu iri hati", dan yang berkata itu bukan saja datangnya dari bangsa yang bertentangan malah kata-kata itu dilontarkan dari bangsanya sendiri mengambil kata-kata bangsa lain yang akhirnya seperti tindakan meludah ke langit. Lagaknya bagaikan seorang intelektual yang penuh ilmunya padahal hanya individu yang mengalami sindrom cetek-bual yang bersifat RACIST (cuba dinafikan). Bagi Hang Lapor (bukan nama sebenar), apa yang lebih penting dalam hal ini, kita sendiri perlu ingat, adakah kita sudah cukup bagus?, cukup hebat?, cukup sempurna? hinggakan tidak menyedari bahawa hati mereka sudah buta? Mau nasihatkan orang lain, padahal tindakan sendiri penuh topeng-topengan akibat hati yang sudah dan makin membuta itu. Apalah ertinya susunan kata-kata yang mereka saja rasakan menarik kalau pengisiannya entah ke mana? Ah! yang paling penting, kita JANGAN hanya pandai bermain kata-kata atau hanya pandai bersastera namun perlaksanaannya? Bagaimana? Mau ikuti kata-kata individu memanipulasikan bangsa? atau mau ikut ajaran agama? Yang pasti agama dari-NYA tidak mengajar kita ke arah negatif. Lainlah agama itu terhasil berdasarkan 'keintelektualan' yang membualkan dari manusia-manusia yang berhati buta! BUTA akibat merasakan ilmunya sudah banyak, sudah hebat. Di tengah kehangatan jalan raya, Hang Lapor meneruskan perjalanannya mencari tempat-tempat yang teduh. > eD Senggora