Skip to main content

Pengalaman Menonton: ANAK ADAM

Khamis 4 Julai 2008, saya berkesempatan menonton teater yang berjudul ANAK ADAM karya Suezanna MS, suatu pementasan dari Kelab Teater Prosenium Shahputra yang berjaya menyampaikan mesej dengan baik. Tahniah buat Sutradara dan juga keseluruhan ahli produksi. Setiap kumpulan pasti punya cara dan gaya tersendiri dalam menghasilkan suatu pementasan teater dan saya senang menonton pementasan tersebut. Pengolahan set berserta simbolik-simbolik, nyatanya suatu yang menarik untuk dipertontonkan. Setiap pementasan sudah semestinya ada yang perlu dan dapat diperbaiki. Antaranya, penggunaan 'stroke light' di permulaan dan di akhiran cerita dalam masa yang agak panjang bisa menyakitkan pandangan penonton di samping menganggu fokus penonton, mungkin dapat diusahakan dengan teknik yang lain untuk 'intro ' dan 'outro' tersebut. Aksi pergelutan antara Osama, Delilah dan Rawona boleh diperbaiki lagi, agar Osama kelihatan betul-betul mengalami kemalangan yang tidak disengajakan. Akhir cerita yang tidak cukup 'punch' yang perlu diperbaiki agar penonton tidak tertanya-tanya: sudah habis kah cerita itu? Secara keseluruhannya, kata hati saya di akhir pementasan,tahniah mesejnya ternyata sampai.> eD Senggora

Popular posts from this blog

Pertama Kali, Sekian Lama

Pertama kali ke daerah ini walaupun sudah sekian lama mengetahui kewujudannya. Hanya pernah ke Belaga suatu ketika dulu melalui jalan darat. Perasaan tenang melihat aliran sungai, membawa ingatan kembali ke masa lampau. Masa terlalu cepat berlalu. Perasaan rindu mudah berputik di saat-saat begini. Semoga kehadiran di sini antara kenangan terindah.

KEINGINAN adalah sumber penderitaan

Sesuatu keputusan kadangkalanya agak berat untuk diterima dan ianya bisa melukakan perasaan seseorang. Walau apa pun, ianya bukan alasan untuk kita terus menyimpan perasaan dendam. > eD Senggora Hayati lirik dan lagu ini: SEPERTI MATAHARI (Iwan Fals) Keinginan adalah sumber penderitaan Tempatnya di dalam pikiran Tujuan bukan utama Yang utama adalah prosesnya Kita hidup mencari bahagia Harta dunia kendaraannya Bahan bakarnya budi pekerti Itulah nasehat para nabi Ingin bahagia derita didapat Karena ingin sumber derita Harta dunia jadi penggoda Membuat miskin jiwa kita Ada benarnya nasehat orang-orang suci Memberi itu terangkan hati Seperti matahari Yang menyinari bumi Yang menyinari bumi Dengarkan: SEPERTI MATAHARI

SIFAR mempersembahkan TUKANG ENSERA

SINOPSIS O……Ha……. Tabik bala kaban akik dan inik,.. Antara realiti dan illusi. “Tukang Ensera” membawa makna ‘Tukang Cerita’. Bercerita tentang dewa-dewa, tentang kebaikan jua kemungkaran, perasaan dendam dan tentang harapan merupakan warisan tradisi kaum Iban. Akik (datuk), seorang tua yang masih mempertahankan tradisi bercerita tentang alam buana dan harapan pendengarnya pada cucunya Sunti. Akik dalam penghujung perjalanan hidupnya amat berharap agar cucunya Sunti dapat mewarisi tradisi dan meneruskan kemahiran bercerita darinya. “Bercerita mestilah sungguh-sungguh….” Itulah kata Akik pada Sunti. Bagaimanakah sungguh-sungguh yang dimaksudkan oleh Akik? Mungkinkah Sunti, generasi muda akan menyambung warisan tradisi bercerita atau cerita Akik sudah kehilangan pendengarnya? Saksikanlah penceritaan Akik dalam ”Tukang Ensera”...... O……Ha…… Aku ceritakan satu kisah pendek…. Kisah Remong dan Mengga, Putera Iban ternama, Diturunkan kebumi oleh Ratu Senayan, O……Ha…..